Senin, 05 Desember 2011

Seluas Segala Kenyataan


BUKU YANG MERANGSANG

Judul Buku      : Seluas Segala Kenyataan
Penulis             : Dr. Adelbert Snijders, OFMCap.
Penerbit           : Kanisius
Tahun              : 2009
Halaman          : xiii + 334 hlm.
ISBN               : 978-979-21-2287-9

            “Apakah itu?” (What it is?) merupakan sebuah pertanyaan sederhana yang sering dilontarkan oleh anak-anak kepada orang tuanya. Pertanyaan seorang anak ini ternyata diteruskan oleh ilmu pengetahuan dengan bertanya tentang what it is. Maka, jawaban pengandaian adalah that it is.  Inilah tema utama metafisika. Yang sangat istimewa dalam metafisika ialah bahwa pertanyaannya bukan what it is tetapi terfokus pada that it is.
            Zaman sekarang saintisme (ilmu) mulai didewa-dewakan sebagai salah satu cara untuk memperoleh paham, yaitu scientifical insight tentang what it is yang dibuktikan secara empiris. Saintisme itu bersifat one-dimensional. Sementara manusia bersifat multidimensional dan pahampun bersifat multidimensional.
            Buku metafisika ini oleh penulis disebut “Seluas Segala Kenyataan,” yang diambil dari salah satu buku Herman Berger dalam bahasa Belanda: Do Wijd (seluas) als alle Werkelijkheid (kenyataan). Namun, kata-kata “seluas segala kenyataan” ini pun tidak asli dari Berger. Dalam sejarah filsafat, ada tiga filsuf yang menggunakan kata yang serupa. Thomas Aquino (1224-1274) menyebut dalam tulisannya, anima quomodo omnia: jiwa dalam arti tertentu segala apa. Enam belas abad sebelum Thomas Aquino, Aristoteles (384-322 SM) telah menggunakan kata-kata yang serupa dalam bukunya De anima III. Dan dua abad sebelumnya dalam tulisan Heraklitus (540-475) ditemukan kata-kata yang serupa: Batas jiwamu tak akan kau Temukan.” (hlm. ix).
            Mengapa metafisika ini disebut “seluas segala kenyataan”? Karena kata it is. Dalam sejarah metafisika, Aristoleleslah yang pertama kali merumuskan metafisika sebagai “kenyataan sekadar kenyataan”. Tentang segala kenyataan disebutkan sebagai it is. Kata it is sendiri merupakan kata yang sangat sederhana namun paling luas, paling kaya, dan paling dimanis serta menjadi nama Allah sendiri (Aku adalah Aku). F.J. Sheed dalam bukunya Theology and Society menyebutkan “it is the hardest thing in the world to take the word ‘is’ seriously. It is the mosi rich and the most dynamic of all words; it is the key word in the name of God Himself.” (hal.33). Metafisika Aristoletes terbatas hanya pada ada dua cara berada  (substansi-aksidens). Berikutnya, metafisika Thomas mengarah ke metafisika ada  yang berpusat pada it is. Namun tentang nilai ”keunikan” Thomas belum konsekuen. Neo-Thomisme (disebut juga Transendental Thomism) merupakan metafisika masa kini yang membantu kita membuka cakrawala tentang ”yang transenden”. Neo-Thomisme secara lebih konsekuen menjadi suatu metafisika mengada yang terbuka terhadap segala jenis kritik (kritik dari Heidegger dan Levinas – metafisika mengorbankan keunikan). Dalam metafisika mengada, tulis P. Adelbert, justru terdapat relasi vertikal yang mendasari kesatuan sekaligus keunikan. Disinilah puncak metafisika ini.
Buku Metafisika ini bermaksud “merangsang” embrio metafisika yang bagaikan suatu pra-pengetahuan hadir “kongenital” (existing from birth) dalam diri manusia untuk menuju ke kedewasaan. Sebab, bermetafisika merupakan suatu kegiatan manusiawi yang asli dan otentik namun membutuhkan “rangsangan”.
            Buku ini dibagi atas 10 bab di mana komposisi setiap bab terdiri dari lima sampai 11 subbab. Untuk memahami buku ini penting mulai membaca kata pengantar (hlm. ix-xiii) dan kata penutup (hlm. 323-327). Bab V menjadi puncak buku ini yaitu mengenai it is yang menjadi dasar kesatuan dan keunikan.
            Dalam bab I penulis mencoba membuka pandangan kita tentang metaphysical insight. Tema metafisika ialah it is, yaitu tentang kenyataan sekadar kenyataan.  Kata it is dalam bahasa Indonesia berarti kenyataan. Dan, kenyataan ini bersifat analog. Paham yang diusahakan bukan scientifical insight (sains), melainkan metaphysical insight (metafisika).
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar